1. Pengertian
Transformasi Geometri
Transformasi geometri merupakan
salah satu cabang geomtri yang membahas perubahan letak atau bentuk suatu objek
geometri sebagai akibat pergeseran, pencerminan, perputaran, perubahan,
perubahan skala atau peregangan.
Suatu objek atau
bangun geometri bangun geometri yang di transformasikan akan mengalami
perubahan letak atau perubahan bentuk suatu bangun geometri disebut
Transformasi Isometri. Setelah transformasi, sifat suatu bangun geometri ada
yang tidak berubah atau disebut Invarian. Suatu transformasi yang tidak
mengubah arah orientasi disebut Transformasi Langsung atau Transformasi Genap.
Jenis-jenis transformasi yang dapat dilakukan antara lain :
a.
Translasi (Pergeseran)
b.
Refleksi (Pencerminan)
c.
Rotasi (Perputaran)
d.
Dilatasi (Perkalian)
2. Translasi dan Operasinya
Translasi (pergeseran) adalah pemindahan suatu objek sepanjang garis lurus dengan arah dan jarak tertentu. Suatu translasi akan menggeser sebuah objek geometri dengan suatu jarak dan arah tertentu.
Jika translasi memetakan titik P (x, y) ke titik P’(x’, y’) maka x’ = x + a dan y’ = y + b atay P’ (x + a, y + b ) ditulis dalam bentuk :
Jawab :
A’ = ( -3 +
3, 4 + 6)
A’ = (0, 10)
A’ = (0, 10)
3. Refleksi (Pencerminan)
a.
Pencerminan terhadap sumbu x
Matriks
percerminan :
b. Pencerminan
Terhadap sumbu y
Matriks
Pencerminan:
c. Pencerminan
terhadap garis y = x
Matriks
Pencerminan
d. Pencerminan terhadap garis y = -x
Matriks
Pencerminan:
e. Pencerminan
terhadap garis x = h
Matriks
Pencerminan:
Sehingga:
f. Pencerminan
terhadap garis y=k
Matriks
Pencerminan :
Sehingga:
g. Pencerminan
terhadap titik asal O (0, 0)
Matriks
Pencerminan :
Sehingga:
h. Pencerminan
terhadap garis y = mx dimana m = tan q
4.
ROTASI / PERPUTARAN
Untuk
rotasi searah jarum jam, sudut diberi tanda negatif (–)
Untuk
rotasi berlawanan arah jarum jam, sudut diberi tanda positif (+)
Segitiga
ABC dengan koordinat A(3, 9), B(3, 3), C(6, 3) dirotasi:
- +90° atau –270° dengan pusat rotasi O(0, 0) menjadi segitiga A2B2C2 dengan koordinat A2(-9, 3), B2(-3, 3), C2(-3, 6)
- +270° atau –90° dengan pusat rotasi O(0, 0) menjadi segitiga A3B3C3 dengan koordinat A2(9, -3), B2(3, -3), C2(3, -6)
- +180° atau –180° dengan pusat rotasi O(0, 0) menjadi segitiga A4B4C4 dengan koordinat A4(-3, -9), B4(-3, -3), C4(-6, -3)
Berdasarkan
penjelasan diatas, maka rotasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rotasi
sejauh θ dengan pusat (a, b)
Rumus praktis untuk rotasi dengan pusat rotasi O(0, 0):
Contoh soal : Titik A memiliki koordinat (3, 5). Tentukan
koordinat hasil pencerminan titik A:
a) Terhadap garis x = 10
b) Terhadap garis y = 8
Pembahasan
Pencerminan sebuah titik terhadap garis x = h atau y = k
a) Terhadap garis x = 10
x = h
(a, b) ----------> (2h − a, b)
x = h
(3, 5) ----------> ( 2(10) − 3, 5) = (17, 5)
b) Terhadap garis y = 8
y = k
(a, b) ----------> (a, 2k − b)
y = k
(3, 5) ----------> ( 3, 2(8) − 5) = (3, 11)
a) Terhadap garis x = 10
b) Terhadap garis y = 8
Pembahasan
Pencerminan sebuah titik terhadap garis x = h atau y = k
a) Terhadap garis x = 10
x = h
(a, b) ----------> (2h − a, b)
x = h
(3, 5) ----------> ( 2(10) − 3, 5) = (17, 5)
b) Terhadap garis y = 8
y = k
(a, b) ----------> (a, 2k − b)
y = k
(3, 5) ----------> ( 3, 2(8) − 5) = (3, 11)
4. Pengertian Dilatasi
Dilatasi (pembesaran atau perkalian) ialah suatu
transformasi yang mengubah ukuran (memperkecil atau memperbesar) suatu
bangun tetapi tidak mengubah bentuk bangun yang bersangkutan. Dilatasi
ditentukan oleh titik pusat dan faktor (faktor skala) dilatasi.
B. Faktor skala dalam dilatasi
B. Faktor skala dalam dilatasi
Faktor skala (k) adalah perbandingan antara jarak titik
bayangan dari titik pusat dilatasi dan jarak titik benda berkaitan dengan titik
pusat dilatasi. Faktor skala (k) jua di definisikan sebagai perbandingan antara
panjang sisi tiap bayangan dan panjang sisi yang berkaitan pada benda.
Pada dilatasi suatu bangun faktor K akan menentukan ukuran
dan letak bangun bayangan.
(I) Jika K > 1, maka bangun bayangan diperbesar dan
terletak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semula.
(II) Jika 0 < K < 1, maka bangun bayangan diperkecil
dan terletak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semula.
(III) Jika -1 < K < 0, maka bangun bayangan diperkecil
dan terletak berlainan pihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semula.
(IV)
Jika K < -1, maka bangun bayangan diperbesar dan terletak berlainan terhadap
pusat dilatasi dan bangun semula.
C.
Menentukan koordinat bayangan oleh dilatasi [ 0,K]
1)
Dilatasi terhadap titik pusat O (0,0)
Jika
titik P(x,y) didilatasi terhadap titik pusat O(0,0) dengan faktor skala K
didapat bayangan titik P’(x’,y’).
Maka mempunyai posisi (x',y') dengan:
Maka mempunyai posisi (x',y') dengan:
(x',y') = X’ = Kx
Y’ = Ky
2)
Dilatasi terhadap titik pusat A(a,b)
Jika titik P(x,y) didilatasikan terhadap titik pusat A(a,b)
dengan faktor skala K didapat bayangan titik P’(x’,y’) maka:
X’ = a + K (x-a)
Y’ = b + K (y-b)
Y’ = b + K (y-b)
Contoh soal : Contoh: sebuah segitiga ABC dengan titik A
(1,2) B (2,3) dan C (3,1) mendapat dilatasi terhadap titik 0 dengan faktor
skala 2. Tentukan koordinat bayangan titik-titik sudut segitiga ABC
Jawab : Koordinat bayangan titik A, B dan C masing-masing adalah
A1 (2,4), B1(4,6) dan C’ (6,2)
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan bahwa dilatasi merupakan transformasi non isomotri yang merubah
ukuran berada namun tidak mengubah benda itu.
Saran
Diharapkan agar
materi ini dapat dipahami dan dapat diterapkan atau digunakan jika dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari. Kritik dari berbagai pihak sangat diperlukan guna
membangun kinerja penulis untuk menyempurnakan makalah ini.